Inilah Masalah Utama Pendidikan Nasional yang Menyedihkan

Demi tercapainya mutu pelajar yang baik dan berkualitas maka pendidikan nasional menjadi penentunya. Bagaimana tidak pendidikan nasional mengatur dan menerapkan kurikulum yang tepat, bahan materi yang berkualitas dan mencari para pengajar yang baik menjadi perhatian serius para pelajar. Sehingga tidak heran kalau hal itu berdampak besar.

Pada dasarnya pendidikan nasional harus mampu menghadirkan visi dan misi para pelajar menjadi generasi penerus bangsa yang kredibel. Tidak hanya itu harus memberikan kepastian hidup bahwa dengan pendidikan yang tinggi cita-cita masa depan yang cerah dapat diwujudkan.

Masalahnya pendidikan nasional di Indonesia sekarang ini masih tertinggal jauh dari negara maju. Akibatnya di dunia pendidikan para guru kesulitan mencetak generasi unggul yang cerdas dan terpelajar. Selain itu juga berdampak pada mental dan motivasi belajar sehingga banyak dari mereka yang memilih hidup dengan tingkat pendidikan rendah.

4 Masalah Utama Pendidikan Nasional yang Menyedihkan

Masalah pendidikan nasional yang menyedihkan


1. Pemerataan pendidikan

Sebenarnya pemerintah telah berupaya melakukan pemerataan pendidikan. Salah satu hal yang nampak adalah setiap pelajar wajib menempuh jenjang pendidikan 9 tahun yaitu sampai tingkat SMP. Bahkan pemerintah berencana meningkatkannya menjadi 12 tahun yaitu pelajar harus menempuh jenjang pendidikan minimal sampai SMA/SMK/MA/sederajat.

Sayangnya rencana besar dan mulia ini sulit terwujud karena beberapa hal. Biaya pendidikan yang tidak gratis menjadi faktor utamanya. Selain itu sebagian pelajar memilih berhenti sekolah demi membantu ekonomi keluarga. Sehingga pendidikan sekolah yang seharusnya penting menjadi beban hidup.

Selain itu ada masalah lain gedung-gedung sekolah memang telah diirikan oleh pemerintah. Namun kenyataannya program ini masih belum menyentuh daerah-daerah terpencil di pedalaman. Kalau pun sudah ada tempat sekolah tersebut biasanya cukup jauh dan melelahkan. Sehingga harus ditempuh beberapa jam. Bukankah ini masalah serius dalam potret pendidikan nasional?

2. Relevansi pendidikan dengan dunia kerja

Berkaitan dengan dunia pendidikan tentu kita harus menghubungkannya dengan dunia kerja. Karena bagaimanapun juga setelah lulus sekolah orang akan mencari pekerjaan melalui ijasah terakhir. Dalam hal ini tentu bukan hal aneh kalau lulusan SMP atau SMA/SMK sulit masuk dalam perusahaan. Kalau pun bisa maka hanya menempati posisi yang relative rendah.

Oleh karena itu bagi orang yang ingin menjadi karyawan kantor mereka harus menempuh pendidikan sarjana terlebih dahulu. Itu pun terkadang lulusan sarjana juga belum menjamin pasti diterima perusahaan. Apalagi hanya mengadalkan lulusan SMA/MA peluang kerja masih kecil.

Adapun SMK memang cukup berdampak positif bagi dunia kerja. Mereka bahkan menjadi target utama perekrutan tenaga kerja. Meskipun begitu mereka masih terkurung dalam sistem tenaga kerja yang merugikan. Maka dari itu tidak aneh kalau relevansi pendidikan nasional dengan lapangan pekerjaan belum berjalan beriringan.

3. Kualitas guru

Untuk mencetak pelajar-pelajar yang cerdas dan terpelajar peran guru menjadi sangat menentukan. Metode pembelajaran yang mereka terapkan saat mengajar para siswa menjadi daya tatik seorng guru. Jika cara mengajarnya baik dan benar maka visi dan misi pelajar akan lebih hidup. Oleh karena itu perekrutan tenaga pengajar harus menjadi perhatian serius pemerintah.

Sayangnya guru yang direkrut terkadang hanya mengandalkan nepotisme. Hanya mengandalkan gelar sarjana sudah menjadi guru padahal gelarnya terkadang diperoleh dengan cara praktis. Memang dalam perekrutan calon pegawai negeri sipil (PNS) seorang guru harus memiliki kompetensi. Secara teori memang memiliki kemampuan. Namun pada kenyataannya metode guru dalam mengajar lah yang menentukan keberhasilan pembelajaran di sekolah..

Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas guru pemerintah harus melakukan terobosan yang cerdas. Sehingga mampu mendorong para guru supaya lebih memiliki semangat dan tekad dalam mengajar. Selain itu pemerintah juga harus memperhatikan tunjangan guru. Jangan sampai mereka mengajar dalam keadaan memilirkan ekonomi keluarga. Kalu hal ini sudah dilakukan saya yakin kualitas pendidikan kita dapat bersaing dengan negara-negara maju.

4. Sarana dan prasarana sekolah

Untuk menjadikan para pelajar siswa yang kreatif dan inovatif tentu membutuhkan sarana yang memadai di sekolahan. Dapat menarik minat dan bakat mereka sehingga potensi mereka dapat dihidupkan. Selain itu sarana yang memadai mendorong bersaing dengan dengan pelajar lain. Sarana sekolah yang seharusnya ada adalah lapangan olah raga, komputer, laboratorium dan lain-lain.

Masalahnya tidak semua sekolahan memiliki sarana yang lengkap. Hanya sekolahan dikota-kota besar saja yang memilikinya. Sedangkan untuk daerah pinggiran kota sarana dan prasarana hanya tersedia 2 atau 3 macam. Bukankah ini dapat menghambat para pelajar untuk berprestasi?

Kesimpulannya, meskipun masalah pendidikan nasional begitu besar dan komplek bukan berarti anda harus pesimis. Terus tingkatkan tekad dan motivasi belajar sehingga anda memiliki peran besar memajukan dunia pendidikan. Dengan begitu anda dapat mewariskan pendidikan kepada generasi mudah dengan kebanggaan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel